Jumat, 30 Desember 2011

ASKEP HEPATITIS

HEPATITIS

1)      DEFINISI
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)
      Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel liver yang meluas/ menyebar , hepatitis virus merupakan jenis yang paling dominan
2)      ETIOLOGI
a.       Virus
   Lima golongan besar jenis virus, antara lain :
1) Virus Hepatitis A ( HAV )
2) Virus Hepatitis B ( HBV )
3) Virus Hepatitis C ( HCV )
4) Virus Hepatitis D ( HDV ) atau Virus Delta
5) Virus Hepatitis E ( HEV )
Hepatitis F dan G mempunyai kesamaan atau identitas tersendiri , tetapi jenis ini jarang ada.




Type A
Type B
Type C
Type D
Type E
Metode transmisi
Fekal-oral melalui orang lain
Parenteral seksual, perinatal
Parenteral jarang seksual, orang ke orang, perinatal
Parenteral perinatal, memerlukan koinfeksi dengan type B
Fekal-oral
Keparah-an
Tak ikterik dan asimto- matik
Parah
Menyebar luas, dapat berkembang sampai kronis
Peningkatan insiden kronis dan gagal hepar akut
Sama dengan D
Sumber virus
Darah, feces, saliva
Darah, saliva, semen, sekresi vagina
Terutama melalui darah
Melalui darah
Darah, feces, saliva
b.      Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
c.       Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.

3)      INSIDEN
a.       Hepetitis A
Penyakit endemik dibeberapa bagian dunia, khususnya area dengan sanitasi yang buruk. Walaupun epidemik juga terjadi pada negara – negara dengan sanitasi baik.
b.      Hepatitis B
Ditemukan dibeberapa negara insidennya akan meningkat pada area dengan populasi padat dengan tingkat kesehatan yang buruk.
c.       Hepatitis C
90 % kasus terjadi akibat post transpusi dan banyak kasus sporadik, 4 % kasus hepatitis disebabkan oleh hepatitis virus dan 50 % terjadi akibat penggunaan obat secara intra vena
d.      Hepatitis D
Selalu ditemukan dengan hepatitis B, delta agent adalah indemik pada beberapa area seperti negara mediterania, dimana lebih dari 80 % karier hepatitis B dapat menyebabkan infeksi
e.       Hepatitis E
Adalah RNA virus yang berbeda dari hepatitis A dan eterovirus biasanya terjadi di India, Birma, Afganistan, Alberia, dan Meksiko.
4)      TANDA DAN GEJALA
a.       Masa tunas
Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
b.      Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
c.       Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
d.      Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai
5.      PATOFOSIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
6.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.       Laboratorium
1)      ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yang terutama berada dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati
2)      SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
3)      Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
4)      Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
5)      Alkali phosfatase
Agaknya meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
6)      Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
7)      Albumin Serum
Menurun, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
8)      Gula Darah
Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
9)      Anti HAVIgM
Positif pada tipe A
10)  HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
11)  Masa Protrombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang. Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
12)  Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
13)  Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)
BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi. Adanya gangguan dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.
14)  Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin.Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonyugasi. Karena bilirubin terkonyugasi larut dalam air, ia dsekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria


b.      Radiologi
1.)    foto rontgen abdomen
2.)    Skan Hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
c.       Pemeriksaan tambahan
1)       Laparoskopi
2)       Biopsi hati
7.      KOMPLIKASI
a.       Ensefalopati hepatic
b.      Karsinoma Hepatoseluler
c.       Sirosis hepatis
8.      PROGNOSIS
Mortalitas hepatitis B pernah dilaporkan sampai setinggi 10 %. Sepuluh persen penderita lainnya akan berkembang menjadi status karier atau mengalami hepatitis kronis.

ASUHAN KEPERAWATAN

1.      PENGKAJIAN
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati
a.       Aktivitas
1)       Kelemahan
2)       Kelelahan
3)       Malaise
b.      Sirkulasi
1)       Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
2)       Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
c.       Eliminasi
1)       Urine gelap
2)       Diare feses warna tanah liat
d.      Makanan dan Cairan
1)       Anoreksia
2)       Berat badan menurun
3)       Mual dan muntah
4)       Peningkatan oedema
5)       Asites
e.       Neurosensori
1)       Peka terhadap rangsang
2)       Cenderung tidur
3)       Letargi
4)       Asteriksis
f.       Nyeri / Kenyamanan
1)       Kram abdomen
2)       Nyeri tekan pada kuadran kanan
3)       Mialgia
4)       Atralgia
5)       Sakit kepala
6)       Gatal ( pruritus )
g.      Keamanan
1)       Demam
2)       Urtikaria
3)       Lesi makulopopuler
4)       Eritema
5)       Splenomegali
6)       Pembesaran nodus servikal posterior
h.      Seksualitas
Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan







2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :
  1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
  2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
  3. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan  proses peradangan pada hepar
  4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
  5. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan
  6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
  7. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret
  8. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer yang tidak adekuat dan malnutrisi
  9. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
  10. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi
  11. Gangguan konsep diri body image berhuungan dengan terjadinya perubahan warna kulit
  12. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
3.      PENYIMPANGAN KDM























4.      INTERVENSI
  1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan :
Tidak terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Kriteria Hasil :
Kebutuhan nutrisi adekuat ditandai dengan peningkatan berat badan, menunjukkan peningkatan selera makan, klien menghabiskan porsi makanan yang diberikan
Intervensi :
1.)    Kaji intake makanan klien
R/: Sebagai dasar untuk menentukan intervensi selanjutnya
2.)    Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan tawarkan pagi paling sering
R/: Adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan menurunkan kapasitasnya.
3.)    Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan
R/: Akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.


4.)    Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
R/: Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan
5.)    Berikan diet tinggi kalori, rendah lemak
R/: Glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.
6.)    Kolaborasi pemberian antiemetik
R/:Diberikan untuk menghilangkan mual/muntah   dan dapat meningkatkan pemasukan oral. 
7.)    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian nutrisi parenteral dan robaransia
R/: Dibutuhkan bila intake PO tidak mencukupi dan efek farmakologis roboransia untuk meningkatkan nafsu makan
8.)    Beri penjelasan terhadap pentingnya nutrisi bagi tubuh dan proses penyembuhan
R/: Pengetahuan yang meningkat dapat meningkatkan perilaku hidup sehat
b.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peradangan pada hepar
Tujuan :
Nyeri dapat hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
Pasien tampak tenang
Nyeri perut hilang
Expresi wajah rilex, ceria
Intervensi
1.)    Kaji tingkat nyeri
R/: Sebagai dasar dalam melakukan intervensi selanjutnya
2.)    Observasi TTV pada klien
R/: Perubahan TTVmerupakan indikasi adanya nyeri  yang hebat
3.)    Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri
R/: nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
4.)    Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri. Akui adanya nyeri. Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya
R/ :Klien yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami nyeri
5.)    Berikan teknik relaxasi pada klien
R/: Untuk mengurangi nyeri
6.)    Beri posisi yang nyaman
R/: meningkatkan kenyamanan dan mengurangi rasa nyeri
7.)    Ciptakan lingkungan yang nyaman
R/: Lingkungan yang nyaman menstimulasi pengurangan nyeri



8.)    Berikan informasi akurat dan jelaskan penyebab terjadinya nyeri
R/: klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)
9.)    Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi
R/: kemungkinan nyeri sudah tak bisa diatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.
c.       Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan pada hepar
Tujuan :Hipertermi dapat diatasi
KH       : Klien mengatakan tidak demam, badan tidak terasa panas,  suhu tubuh dalam batas normal
1.)    Kaji adanya keluhan atau tanda-tanda perubahan peningkatan suhu tubuh
R/ :Perubahan (peningkatan) suhu tubuh akan menunjukkan berbagai gejala seperti mata merah, badan terasa hangat
2.)    Monitor tanda vital : suhu badan
R/: sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi
3.)    Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
R/ :dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi
4.)    Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan
5.)    Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.
6.)    Kolaborasi pemberian
F Obat antipeuretik
R/ : Untuk menurunkan demam
F Obat antiboitik
R/ : Untuk mengobati infeksi sehingga tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
d.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan :Dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas
KH      :Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari),  menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal
Intervensi :                            
1)      Kaji kemampuan ADL pasien.
R/: Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan
2)      Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas
R/: Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
3.)    Sarankan klien untuk tirah baring
R/ tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit.
4.)    Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-kemampuan dan minat-minat
R/ memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang sangat penting dan meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting
5.)    Analisa bersama-sama tingkat intoleransi aktivitas selama 24 jam meliputi waktu puncak energi,, aktivitas yang berhubungan dengan kelelahan
R/ intoleransi dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan yang dapat menimbulkan intoleransi
6.)    Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif, teknik relaksasi)
R/ untuk mengurangi intoleransi aktivitas baik fisik maupun psikologis
7.)    Jelaskan sebab-sebab intoleransi aktivitas individu
R/ dengan penjelasan sebab-sebab intoleransi maka keadaan klien cenderung lebih tenang
e.       Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah, perpindahan area ketiga dan IWL
Tujuan :Cairan tubuh tetap seimbang
KH                 :Mempertahankan volume cairan yang adekuat dibuktikan oleh membran mukosa lembab,turgor kulit bagus, keseimbangan intake dan haluaran dengan urine normal dalam konsentrasi jumlah.
Intervensi :                         
1.)    Kaji tanda-tanda terjadinya dehidrasi
R/ : sebagai dasar untuk menentukan intervensi selanjutnya
2.)    Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor.
R/ :Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan / dehidrasi
3.)    Monitor TTV
R/: Hipotensi, tacikardi, demam dapat menunjukkan respon terhadap atau efek kehilangan cairan
4.)    Awasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah feses , perkirakan kehilangan yang tak terlihat misalnya keringat, ukur berat jenis urin.
R/  :Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal, dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan.
5.)    Observasi tanda perdarahan contoh hematuria, melena
R/: kadar protrombin menurun karenan gangguan absorbsi vitamin K dan menurunnya sisntesis protrombin karena pengaruh hati
6.)    Ukur berat badan tiap hari
R/ :Indikator cairan dan status nutrisi
7.)    Anjurkan untuk mempertahankan intake peroral
R/: mengganti cairan tubuh yang hilang
8.)    Kolaborasi
·         Berikan cairan parenteral, transfusi darah sesuai indikasi
R /: Untuk memperbaiki kehilangan cairan dan anemia
·         Berikan obat antiemetik
R/: untuk mengontrol mual dan muntah
·         Berikan vitaminK
R/: penambahan vit K dapat mencegah masalah koagulasi
f.       Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
Tujuan             : tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Kriteria hasil    : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
Intervensi:
1)      Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
·         Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril, lanolin)
·         Keringkan kulit, jaringan digosok
R/ kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang ujung syaraf
2.)    Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
R/ Penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi
3.)    Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk
R/ Penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih banyak pruritus
4.)    Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
R/ Pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan
g.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Tujuan             : Perbaikan dalam pola napas
Kriteria Hasil      : klien tidak mengeluh sesak, klien nampak tenang, tidak terjadi retraksi otot bantu pernapasan, pola nafas adekuat
Intervensi :
1.)    Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
R/: pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi cairan dalam abdomen
2.)    Auskultasi bunyi nafas tambahan
R/ kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan
3.)    Berikan posisi semi fowler
R/ memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada diafragma dan meminimalkan ukuran secret
4.)    Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
R/ membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak
5.)    Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan
R/ mungkin perlu untuk mencegah hipoksia

h.      Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus
Tujuan             : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi:
1.)    Lakukan isolasi untuk infeksi enteric dan pernapasan sesuai kebijakan rumah sakit
R/ : Mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain
2.)    Awasi pengunjung sesuai indikasi
R/ : Pasien terpajan terhadap proses infeksi potensial resiko komplikasi sekunder
3.)    Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk menangani semua cairan tubuh
·         Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau spesimen
·         Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh
·         Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang tepat, jangan menutup kembali atau memanipulasi jarum dengan cara apapun
R/ pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis
4.)    Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang terkontaminasi
R/ teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan materi infeksius dan mencegah transmisi penyakit
5.)    Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
R/ mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi infeksi
6.)    Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan yang tepat
R/ rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber pemajanan dan kemungkinan orang lain terinfeksi
7.)    Berikan obat sesuai indikasi
R/: untuk mencegah infeksi sekunder
i.        Gangguan istirahat tidur b/d nyeri
Tujuan : Pola tidur kembali normal
KH      : Adanya perbaikan dalam pola tidur
Intervensi
1.)    Lakukan pengkajian masalah gangguan tidur pasien, karakteristik dan penyebab kurang tidur
R/:Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatan
2.)    Keadaan tempat tidur, bantal yang nyaman dan bersih
R/: Meningkatkan kenyamanan saat tidur
3.)    Lakukan persiapan untuk tidur malam
R/: Mengatur pola tidur
4.)    Kolaborasi pemberian obat
·         Analgetik
R/: Menghilangkan nyeri, meningkatkan kenyamanan dan meningkatkan istirahat
·         Berikan sedatif hipnotik sesuai indikasi
R/: Membantu pasien untuk istirahat dan tidur
j.        Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
Tujuan             :Ansietas berkurang atau hilang
KH                    :Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat yang dapat diatasi.
Intervensi        :
1.)    Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.
R/ :Memandukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam perawatan diri, keterampilan koping pada masa lalu dapat mengurangi ansietas.
2.)    Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik
R/: Membuat hubungan terapeutik. Membantu orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stres
3.)    Beri informasi yang akurat dan nyata tentang apa tindakan yang dilakukan
R/ :Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa control dan membantu menurunkan ansietas
4.)    Berikan lingkungan tenang dan istirahat
R/: Memindahkan pasien dari stress luar, meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan ansietas
5.)    Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan perhatian, perilaku perhatian
R/: indakan dukungan dapat membantu pasien merasa stres berkurang, memungkinkan energi untuk ditujukan pada penyembuhan
6.)    Beri dorongan spiritual
R/: Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME
7.)    Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan
R/  : Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas
8.)    Kolaborasi pemberian obat sedatif
R/: Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkan istirahat
k.      Gangguan konsep diri body image berhubungan dengan terjadinya perubahan warna kulit pada tubuhnya
Tujuan             : Body image tidak terganggu
Kriteria Hasil   : warna kulit dan mata tidak kuning
1.)    Dorong klien untuk mengutarakan masalahnya
R/: kesempatan untuk mengekspresikan perasaan memungkinkan pasien untuk merasa lebih mengotrol situasi. Pengungkapan dapat menurunkan cemas dan depresi
2.)    Hindari membuat penilaian moral terhadap pola hidup
R/:pasien merasa marah dan menyalahkan diri, penilaian dari orang lain akan memperparah
3.)    Diskusikan harapan penyembuhan
R/: proses penyembuhan mungkin lama
4.)    Tawarkan aktivitas senggang berdasarkan tingkat energi
R/: meminimalkan cemas dan depresi klien tentang kondisi tubuhnya
5.)    Anjurkan pasien menggunakan warna merah terang atau biru
R/: meningkatkan penampilan karena kulit kuning diperjelas oleh warna kuning dan hijau
6.)    Beri penjelasan pada klien tentag penyebab terjadinya perubahan warna kulit dan mata
R/: meningkatkan pemahaman klien terhadap kondisinya
l.        Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan : Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan
KH      :
S  Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan  alasan dari suatu tindakan
S  Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.
Intervensi :
1)      Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
R/: Mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien
2)      Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisi sekarang
R/ : Dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas
3)      Diskusikan pentingnya menghentikan penggunaan alcohol
R/: Penggunaan alcohol juga dapat memperparah kerusakan hati
4)      Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan
R/:Mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
5.      EVALUASI
a.       Kebutuhan nutrisi adekuat ditandai dengan peningkatan berat badan, menunjukkan peningkatan selera makan, klien menghabiskan porsi makanan yang diberikan
b.      Nyeri dapat hilang atau berkurang yang ditandai dengan klien melaporkan nyeri menghilang, pasien tampak tenang dan expresi wajah rilex, ceria
c.       Hipertermi dapat diatasi ditandai dengan klien mengatakan tidak demam, badan tidak terasa panas,  suhu tubuh dalam batas normal
d.      Intoleransi aktivitas teratasi ditandai dengan klien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari),  menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal
e.       Mempertahankan volume cairan yang adekuat ditandai dengan membran mukosa lembab,turgor kulit bagus, keseimbangan intake dan haluaran dengan urine normal dalam konsentrasi jumlah.
f.       Tidak terjadi kerusakan integritas kulit ditandai dengan jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
g.      Perbaikan dalam pola napas ditandai dengan klien tidak mengeluh sesak, klien nampak tenang, tidak terjadi retraksi otot bantu pernapasan, pola nafas adekuat
h.      Tidak menunjukkan tanda-tanda infeks ditandai dengan tidak ada tanda-tanda terjadinya infeksi, TTV dalam batas normal
i.        Pola tidur kembali normal ditandai dengan adanya perbaikan dalam pola tidur
j.        Ansietas berkurang atau hilang ditandai denga klien tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat yang dapat diatasi.
k.      Body image tidak terganggu ditandai dengan warna kulit dan mata tidak kuning
l.        Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan ditandai dengan
·         Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan  alasan dari suatu tindakan
·         Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, Marilyn. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 Cet.1. Jakarta : Media Aesculapius

Price, Sylvia Anderson, 2005. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC

Smeltzer,Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth ed.8. Jakarta: EGC

Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi V. Jakarta : Interna publishing
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar