Jumat, 30 Desember 2011

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR
1. Defenisi
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau lokal.
(Sylvia Anderson Price, patofisiologi edisi 6,2005)
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa.
( Soeparman Waspaji Sarwono, IPD edisi 3, 2001 )
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung
( Arief Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran edisi 3,2000)
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung, sering akibat diet yang sembarangan. Biasanya individu ini makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.
( Smelzer 2002 )
2. Klasifikasi
Gastritis dibagi menjadi 2 macam :
a. Gastritis akut
Gastritis akut merupakan lesi mukosa akut berupa erosi dan perdarahan akibat faktor-faktor agresik atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa lambung.
( Mansjoer Arief M, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, 2001 )

b. Gastritis kronik
Penyebabnya tidak jelas, sering bersifat multi faktor dengan perjalanan klinik yang bervariasi .
( Mansjoer Arief M, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, 2001 )
3. Etiologi
Penyebab gastritis tergantung pada tipenya:
a. Gastritis akut
1) Pemakaian yang sering dari obat-obatan anti inflamasi non steroid (NSAID) seperti aspirin yang tanpa pelindung selaput enteric
2) Peminum alcohol yang kronik
3) Perokok berat
4) Infeksi campylobacter
5) Stress berat
6) Trauma atau pembedahan
7) Radiasi pada lambung
8) Keracunan makanan staphylococcus
(Stanley L robin. Buku ajar patologi. 1995)
b. Gastritis kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh Helicobacter pylory.
(Suzanne c Smeltser.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.2001 )



4. Patofisiologi
a. Gastritis akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh stres, zat kimia misalnya obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas, maupun asam. Pada para yang mengalami stres akan menjadi perangsangan saraf sampatis NV (verus vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi dapat memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah perdarahan.
b. Gastritis kronik
1.) Gastritis kronik tipe A
Tipe A sering disebut sebagai gastritis atrofik atau fundal (karena mengenai fundus lambung) . Gastritis kronis tipe A merupakan suatu penyakit autoimun yang disebabkan oleh adanya autoantibodi terhadap sel parietal kelenjar lambung dan faktor intrinsik dan berkaitan dengan tidak adanya sel parietal dan chief cells, yang menurunkan sekresi asam dan menyebabkan tingginya kadar gastrin. Dalam keadaan sangat berat, tidak terjadi produksi faktor intrinsik. Anemia pernisiosa seringkali dijumpai pada pada pasien karena tidak tersedianya faktor intrinsik untuk mempermudah absorpsi vitamin B12 dalam ileum.
2.) Gastritis kronik tipe B
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu: destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna makanan, lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan.
5. Manifestasi Klinik
a. Gastritis Akut
Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada hematemesis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia.
b. Gastritis Kronik
Kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anorexia, nausea, dan keluhan anemia dan pemeriksaan fisik tidak di jumpai kelainan
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:
a. Pemeriksaan Endoskopi
Pada pemeriksaan Endoskopi di dapatkan adanya gambaran lesi mukosa akut dimukosa lambung berupa erosi atau ulkus dangkal dengan tepi rata.
b. Pemeriksaan Histopatologi
Menggambarkan perubahan morfologi sering juga dapat menggambarkan proses yang mendasari, misalnya autoimun atau respon adaptif mukosa lambung.
c. Tes serologis
Untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen H. Pylori
d. EGD (Esofagogastriduodenoskopi): tes diagnostik kunci untukperdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan / derajat ulkus jaringan / cedera.
e. Angiografi: vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi kolatera dan kemungkinan isi perdarahan.
f. Pemeriksaan laboratorium
1) Amilase serum: meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga gastritis Pemeriksaan laboratorium.
2) Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL menurun pada klien dengan gastritis kronik.
3) Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar vitamin B12 yang rendah merupakan anemia megalostatik.
4) Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit dan albumin.
5) Gastroscopy.
Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan) mengidentifikasi area perdarahan dan mengambil jaringan untuk biopsi.
g.
7. Komplikasi
a. Gastritis Akut
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syock hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah H. pylory, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90 % pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi.
b. Gastritis Kronis
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia karena gangguan absorpsi vitamin B12.
8. Penatalaksanaan
Pengobatan gastritis meliputi :
1. Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi
2. Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai
3. Pemberian obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain
Kategori obat pada gastritis adalah:
• Antasid : menetralisir asam lambung dan menghilangkan nyeri
• Acid blocker : membantu mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.
• Proton pump inhibitor : menghentikan produksi asam lambung dan menghambat
H.pylori.
• Cytoprotective agent : melindungi jaringan mukosa lambung dan usus halus.
Pada gastritis penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan:
a. Gastiritis akut
• Instruksikan klien untuk tidak mengkonsumsi alkohol
• Bila klien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan
• Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral
• Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan hemoragi saluran gastrointestinal
• Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum
• Untuk menetralisir alkali gunakan jus lemon encer atau cuka encer
• Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat ganggren atau perforasi
• Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilorus
b. Gastritis kronik
• Dapat diatasi dengan memodifikasi diet klien, diet makan lunak diberikan sedikit tapi lebih sering
• Mengurangi stress
• H. Pilori diatasi dengan anti biotik (seperti tetraciklin ¼, amoxillin)
9. Pencegahan
Cara terbaik untuk mengatasi gastritis adalah melakukan pencegahan, seperti tidak menggunakan obat-obat yang mengiritasi lambung, makan teratur atau tidak terlalu cepat, mengurangi makan makanan yang terlalu pedas dan berminyak, hindari merokok dan banyak minum kopi/alkohol,kurangi stres.







B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Anamnese
1) Biodata /identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, bahasa, pekerjaan, kebangsaan, alamat, pendidikan, tanggal MRS, dan diagnosa medis
2) Keluhan Utama
a) Adanya rasa perih, nyeri epigastrum
b) Adanya perdarahan / muntah darah
c) Nyeri setelah / sebelum makan
3) Riwayat Kesehatan
a.) Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini meliputi keluhan umum mulai dari sebelum ada keluhan sampai terjadi nyeri perut, pusing, mula, muntah, nafsu makan menurun, kembung.
b.) Riwayat Penyakit Dahulu
Mengkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan sekarang atau pernah menderita penyakit keturunan atau yang lainnya yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan klien.
c.) Kebiasaan yang dialami
• Peminum alkohol
• Suka minum kopi, teh panas
• Perokok
• Kebiasaan makan sedikit, terlambat makan pedas, mengandung gas/asam
• Kebiasaan bekerja keras : penyebab makan tak teratur
• Penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter : aspirin, analgesik, steroid (kolmetaxon) dll
• Menjalankan diet ketat.
b. Fokus Pengkajian
1.) Aktifitas/istirahat
Gejala: kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardi, takipnea/ hiperventilasi (respon terhadap aktivitas)
2.) Sirkulasi
Gejala: hipotensi (termasuk postural), takikardi, termasuk distritmia (hipovolemia/hipoksia), kelemahan/nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat/perlahan (vasokontriksi), warna kulit: pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah), kelemahan kulit/membran mukosa: berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respon psikologik)
3.) Integritas ego
Gejala: faktor stres akut dan kronik (keuangan, hubungan kerja), perasaan tidak berdaya
Tanda: tanda ansietas: misal, gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar


4.) Eliminasi
Gejala: riwayat perawatan dirumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastroentritis (GI), atau masalah yang berkaitan dengan GI, misal: luka/peptik gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster, perubahan pola eliminasi/karakteristik feses.
Tanda: nyeri tekan abdomen, distensi bunyi usus; sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan, karakter feses; diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea), konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida), haluaran urine; menurun pekat.
5.) Makanan/cairan:
Gejala: anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal), masalah menelan: cegukan, nyeri ulu hati, sendawa bau asam
Tanda: muntah: warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah, membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).
6.) Neurosensori
Gejala: rasa berdenyut, pusing/sakit kepala karena sinar, kelemahan status mental: tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi/bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi/oksigenasi)


7.) Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri: digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi, rasa ketidaknyamanan atau distres samar-samar dapat setelah makan banyak dapat hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri epigastrium kiri sampai tengah atau menyebar kepunggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulus gaster), nyeri epigastrium kiri sampai/atau menyebar kepunggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau dengan antasida (ulkus duodenal). Tak ada nyeri (varises esofagela atau gastritis). Faktor pencetus : makanan, alkohol, rokok, penggunaan obat-obat tertentuv(salisilat, reserprin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis
Tanda: wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian menyempit.
8.) Keamanan:
Gejala: alergi terhadap obat/sensitif misal: ASA
Tanda: peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis/hipertensi portal).
9.) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: adanya penggunaan obat resep/dijual bebas yang mengandung ASA, alkohol, steroid. NSAID menyebabkan pergerakan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal:anemia)atau diagnosa yang tak berhubungan (misal: trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat. Masalah kesehatan yangnlama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan.
2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peradangan mukosa lambung akibat peningkatan atau penurunan HCL.
b. Gangguan keseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan mual dan muntah, intake inadekuat
c. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
f. Peningkatan suhu tubuh b/d reaksi radang
g. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan intake inadekuat
h. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi yang diterima.
3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peradangan mukosa lambung akibat peningkatan/penurunan HCl
Tujuan :
Nyeri dapat hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
- Pasien tampak tenang
- Nyeri perut hilang
- Expresi wajah rilex, ceria
Intervensi :
1.) Lakukan pendekatan therapeutik pada klien
R/: Agar lebih mudah melakukan tindakan keperawatan
2.) Kaji tingkat nyeri
R/: Sebagai dasar dalam melakukan intervensi selanjutnya
3.) Observasi TTV pada klien
R/: Perubahan TTVmerupakan indikasi adanya nyeri yang hebat
4.) Beri kompres air hangat pada daerah perut yang nyeri
R/: Terjadi relaksasi dan mengurangi ketegangan pada otot-otot
5.) Beri motivasi klien untuk makan teratur
R/: Diet teratur bisa menghindari kerusakan mukosa lambung
6.) Berikan teknik relaxasi pada klien
R/: Untuk mengurangi nyeri
7.) Beri posisi yang nyaman
R/: meningkatkan kenyamanan dan mengurangi rasa nyeri
8.) Ciptakan lingkungan yang nyaman
R/: Lingkungan yang nyaman menstimulasi pengurangan nyeri
9.) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antasida
R/: Antasida memberikan keseimbangan asam lambung yang dapat mencegah terjadinya kerusakan mukosa
10.) Berikan penjelasan sebab-sebab dan akibat terjadinya nyeri
R/: Agar pasien mengerti dan dapat menghindari penyebab

b. Gangguan keseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan mual dan muntah, anarexia
Tujuan :
Tidak terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Kriteria Hasil :
Kebutuhan nutrisi adekuat ditandai dengan peningkatan berat badan, menunjukkan peningkatan selera makan, klien menghabiskan porsi makanan yang diberikan.
Intervensi :
1.) Kaji intake makanan,
R/: Sebagai dasar untuk menetukan intervensi selanjutnya
2.) Kaji makanan yang disukai
R/: Untuk meningkatkan selera makan sehingga meningkatkan intake
3.) Timbang BB secara teratur
R/: Memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan terapi
4.) Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
R/: Sering makan mempertahankan netralisasi HCL, melarutkan isi lambung pada kerja minimal asam mukosa lambung. Makan sedikit mencegah distensi gaster
5.) Berikan perawatan oral secara teratur
R/: Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan
6.) Kolaborasi pemberian antiemetik
R/:Diberikan untuk menghilangkan mual/muntah dan dapat meningkatkan pemasukan oral.
7.) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian nutrisi parenteral dan robaransia
R/: Dibutuhkan bila intake PO tidak mencukupi dan efek farmakologis roboransia untuk meningkatkan nafsu makan
8.) Beri penjelasan terhadap pentingnya nutrisi bagi tubuh dan proses penyembuhan
R/: Pengetahuan yang meningkat dapat meningkatkan perilaku hidup sehat
c. Gangguan istirahat tidur b/d nyeri
Tujuan : pola tidur kembali normal
KH : Adanya perbaikan dalam pola tidur
Intervensi
1) Lakukan pengkajian masalah gangguan tidur pasien, karakteristik dan penyebab kurang tidur
R/:Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatan
2) Keadaan tempat tidur, bantal yang nyaman dan bersih
R/: Meningkatkan kenyamanan saat tidur
3) Lakukan persiapan untuk tidur malam
R/: Mengatur pola tidur
4) Kolaborasi pemberian obat
• Analgetik
R/: Menghilangkan nyeri, meningkatkan kenyamanan dan meningkatkan istirahat
• Berikan sedatif hipnotik sesuai indikasi
R/: Membantu pasien untuk istirahat dan tidur
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
Tujuan :Ansietas berkurang atau hilang
KH :Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat yang dapat diatasi.
Intervensi :
1.) Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.
R/ :Memandukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam perawatan diri, keterampilan koping pada masa lalu dapat mengurangi ansietas.
2.) Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik
R/: Membuat hubungan terapeutik. Membantu orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stres
3.) Beri informasi yang akurat dan nyata tentang apa tindakan yang dilakukan
R/ :Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa control dan membantu menurunkan ansietas
4.) Berikan lingkungan tenang dan istirahat
R/: Memindahkan pasien dari stress luar, meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan ansietas


5.) Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan perhatian, perilaku perhatian
R/: indakan dukungan dapat membantu pasien merasa stres berkurang, memungkinkan energi untuk ditujukan pada penyembuhan
6.) Beri dorongan spiritual
R/: Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME
7.) Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan
R/ : Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas
8.) Kolaborasi pemberian obat sedatif
R/: Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkan istirahat
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan :Dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas
KH :Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari), menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal
Intervensi :
1) Kaji kemampuan ADL pasien.
R/: Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan
2) Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas
R/: Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
3) Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
R/: Meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/ stamina tanpa kelemahan.
4) Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing
R/:Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut, peningkatan resiko cedera
5) Berikan bantuan dalam aktivitas/ ambulasi bila perlu. Memungkinkan pasien untuk melakukan sebanyak mungkin
R/: Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu sendiri
6) Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguan
R/: Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh
7) Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguan
R/: Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh
9.) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya aktivitas dan istirahat.
R/ :Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan dengan respon individual pasien terhadap aktivitas



f. Peningkatan suhu tubuh b/d reaksi inflamasi
Tujuan :Hipertermi dapat diatasi
KH : Klien mengatakan tidak demam, badan tidak terasa panas, suhu tubuh dalam batas normal
Intervensi
1) Kaji adanya keluhan atau tanda-tanda perubahan peningkatan suhu tubuh
R/ :Perubahan (peningkatan) suhu tubuh akan menunjukkan berbagai gejala seperti mata merah, badan terasa hangat
2) Observasi TTV terutama suhu tubuh sesuai indikasi
R/ :Untuk mengetahui suhu tubuh klien yang berguna untuk intervensi selanjutnya
3) Beri kompres air hangat pada dahi dan kedua axilla
R/ : Merangsang hipotalamus ke pusat pengaturan suhu
4) Kolaborasi pemberian
 Obat antipeuretik
R/ : Untuk menurunkan demam
 Obat antiboitik
R/ : Untuk mengobati infeksi sehingga tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
g. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan intake inadekuat dan perdarahan
Tujuan :Cairan tubuh tetap seimbang
KH :Mempertahankan volume cairan yang adekuat dibuktikan oleh membran mukosa lembab,turgor kulit bagus, keseimbangan intake dan haluaran dengan urine normal dalam konsentrasi jumlah.
Intervensi :
1.) Monitor TTV
R/: Hipotensi, tacikardi, demam dapat menunjukkan respon terhadap atau efek kehilangan cairan
2.) Awasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah feses , perkirakan kehilangan yang tak terlihat misalnya keringat, ukur berat jenis urin.
R/ :Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal, dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan.
3.) Ukur berat badan tiap hari
R/ :Indikator cairan dan status nutrisi
4.) Anjurkan unruk mempertahankan intake peroral
5.) Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor.
R/ :Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan / dehidrasi
6.) Kolaborasi
• Berikan cairan parenteral, transfusi darah sesuai indikasi
R /: Untuk memperbaiki kehilangan cairan dan anemia
• Berikan obat antiemetik
R/: untuk mengontrol mual dan muntah
h. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan : Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.
KH :
 Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan
 Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
R/: Mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien
2) Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisi sekarang
R/ : Dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas
3) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang tentang penggunaan tekhnik penanganan stress, hindari stress dan emosi
R/:Menurunkan rangsang eksentrik HCL, menurunkan resiko iritasi ulang
4) Diskusikan pentingnya menghentikan merokok dan penggunaan alcohol
R/: Merokok dan penggunaan alkohol mempunyai insiden lebih tinggi terjadi gastritis dan memperlambat penyembuhan luka

5) Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan
R/:Mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
4. Evaluasi
a. Nyeri dapat hilang atau berkurang dengan kriteria hasil :
- Pasien tampak tenang
- Nyeri perut hilang
- Expresi wajah rilex, ceria
b. Tidak terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan dengan kriteria hasil Kebutuhan nutrisi adekuat ditandai dengan peningkatan berat badan, menunjukkan peningkatan selera makan, klien menghabiskan porsi makanan yang diberikan
c. Gangguan tidur dapat teratasi atau teradaptasi ditandai dengan adanya perbaikan dalam pola tidur
d. Ansietas berkurang atau hilang ditandai dengan klien tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat yang dapat diatasi
e. Dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas ditandai dengan klien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari), menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal
f. Hipertermi dapat diatasi ditandai dengan klien mengatakan tidak demam, badan tidak terasa panas, suhu tubuh dalam batas normal
g. Cairan tubuh tetap seimbang ditandai dengan mempertahankan volume cairan yang adekuat dibuktikan oleh membran mukosa lembab,turgor kulit bagus, keseimbangan intake dan haluaran dengan urine normal dalam konsentrasi jumlah.
h. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan ditandai dengan
 Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
 Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.














DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, Marilyn. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 Cet.1. Jakarta : Media Aesculapius

Price, Sylvia Anderson, 2005. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC

Robbin, Stanley L.1995. Buku Ajar Patologi. Jakarta: EGC

Smeltzer,Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth ed.8. Jakarta: EGC

Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi V. Jakarta : Interna publishing

http://www.medicastore.com/ Gastritis/ Diakses pada tanggal 10 April 2011

http://google.com//Gastritis/ Diakses pada tanggal 10 April 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar