Jumat, 30 Desember 2011

MORBILI

MORBILI
I.    KONSEP PENYAKIT
A.    Pengertian
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000)
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung dengan pasien. Nama lain penyakit ini adalah campak, measles, atau rubeola. (Arif mansjoer, 2000)
Campak yang disebut juga dengan measles atau rubeola merupakan suatu penyakit infeksi akut yang sangat menular, disebabkan oleh paramixovirus yang pada umumnya menyerang anak-anak. Penyakit ini ditularkan dari orang ke orang melalui percikan liur (droplet) yang terhirup.
B.     Etiologi
Penyebabnya adalah virus morbili yaitu Rubeola yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus ini berupa virus RNA yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. virus ini memiliki RNA rantai tunggal, sampai saat ini hanya ada satu serotipe yang diketahui dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Cara penularan dengan droplet infeksi.


Faktor resiko terkena morbili adalah
1.      Daya tahan tubuh yang lemah
2.      Belum pernah terkena campak
3.      Belum pernah mendapat vaksinasi campak
C.     Manifestasi klinik
Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium
1.      Stadium kataral (prodormal)
Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringa hingga sedang, batuk kering ringan, coryza, fotofobia dan konjungtivitis. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan molar dibawah, tetapi dapat menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan pipi. Meski jarang, mereka dapat pula ditemukan pada bagian tengah bibir bawah, langit-langit dan karankula lakrimalis. Bercak tersebut muncul dan menghilang dengan cepat dalam waktu 12-18 jam. Kadang-kadang stadium prodormal bersifat berat karena diiringi demam tinggi mendadak disertai kejang-kejang dan pneumoni. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.
2.      Stadium erupsi
Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema / titik merah dipalatum durum dan palatum mole. Terjadinya eritema yang berbentuk makula papula disertai dengan menaiknya suhu tubuh. Eritema timbul dibelakang telinga dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan primer pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan didaerah leher belakang. Juga terdapat sedikit splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah “Black Measles” yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3.      Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang bisa hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi
D.    Patofisiologi
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses keradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan.Virus dapat berbiak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.
Manusia merupakan satu- stunya inang alamiah untuk virus campak, walaupun banyak spesies lain, termasuk kera, anjing, tikus, dapat terinfeksi secara percobaan. Virus masuk ke dalam tubuh melalui system pernafasan, dimana mereka membelah diri secara setempat; kemudian infeksi menyebar ke jaringan limfoid regional, dimana terjadi pembelahan diri selanjutnya. Viremia primer menyebabkan virus, yang kemudian bereplikasi dalam system retikuloendotelial. Akhirnya, viremia sekunder bersemai pada permukaan epitel tubuh, termasuk kulit, saluran pernafasan, dan konjungtiva, dimana terjadi replikaksi fokal. Campak dapat bereplikasi dalam limfosit tertentu, yang membantu penyebarannya di seluruh tubuh. Sel datia berinti banyak dengan inklusi intranuklir ditemukan dalam jaringan limfoid di seluruh tubuh (limfonodus, tonsil, apendiks).
Peristiwa tersebut di atas terjadi selama masa inkubasi, yang secara khas berlangsung 9- 11 hari tetapi dapat diperpanjang hingga 3 minggu pada orang yang lebih tua. Mula timbul penyakit biasanya mendadak dan ditandai dengan koriza (pilek), batuk, konjungtivitis, demam, dan bercak koplik dalam mulut. Bercak koplik- patognomonik untuk campak- merupakan ulkus kecil, putih kebiruan pada mukosa mulut, berlawanan dengan molar bawah. Bercak ini mengandung sel datia, antigen virus, dan nukleokapsid virus yang dapat dikenali.
Selama fase prodromal, yang berlangsung 2- 14 hari, virus ditemukan dalam air mata, sekresi hidung dan tenggorokan, urin, dan darah. Ruam makulopopuler yang khas timbul setelah 14 hari tepat saat antibody yang beredar dapat dideteksi, viremia hilang, dan demam turun. Ruam timbul sebagai hasil interaksi sel T imun dengan sel terinfeksi virus dalam pembuluh darah kecil dan berlangsung sekitar seminggu. Pada pasien dengan cacat imunitas berperantara sel, tidak timbul ruam.
Keterlibatan system saraf pusat lazim terjadi pada campak. Ensefalitis simptomatik timbul pada sekitar 1:1000 kasus. Karena virus penular jarang ditemukan di otak, maka diduga reaksi autoimun merupakan mekanisme yang menyebabkan komplikasi ini.
Sebaliknya, ensefalitis menular yang progresif akut dapat timbul pada pasien dengan cacat imunitas berperantara sel. Ditemukan virus yang bereplikasi secara katif dalam otakdan hal ini biasanya bentuk fatal dari penyakit.
Komplikasi lanjut yang jarang dari campak adalah peneesefalitis sklerotikkans subakut. Penyakit fatal ini timbul bertahun- tahun setelah infeksi campak awal dan disebabkan oleh virus yang masih menetap dalam tubuh setelah infeksi campak akut. Jumlah antigen campak yang besar ditemukan dalam badan inklusi pada sel otak yang terinfeksi, tetapi paartikel virus tidak menjadi matang. Replikasi virus yang cacat adalah akibat tidak adanya pembentukan satu atau lebih produk gen virus, sering kali protein maatriks. Tidak diketahui mekanisme apa yang bertanggung jawab untuk pemilihan virus patogenik cacat ini.
Adanya virus campak intraseluler laten dalam sel otak pasien dengan panensefalitis sklerotikans subakut menunjukkan kegagalan system imun untuk membasmi infeksi virus. Ekspresi antigen virus pasa permukaan sel dimodulasi oleh penambahan antibosi campak terhadap sel yang terinfeksi dengan virus campak. Dengan menngekspresikan lebih sedikit antigen virus pada permukaan, sel- sel dapat menghindarkan diri agar tidak terbunuh oleh reaksi sitotoksik berperantara sel atau berperantara antibody tetapi dapat tetap mempertahankan informasi genetic virus.
Anak- anak yang diimunisasi dengan vaksi campak yang diinaktivasi kemudian dipaparkan dengan virus campak alamiah, dapat mengalami sindroma yang disebut campak atipik. Prosedur inaktivasi yang digunakan dalam produksi vaksin akan merusak imunogenisitas protein F virus; walaupun vaksin mengembangkan respon antibody yang baik terhadap protein H, tanpa adanya infeksi antibody F dapat dimulai dan virus dapat menyebar dari sel ke sel melalui penyatuan. Keadaan ini akan cocok untuk reaksi patologik imun yang dapat memperantarai campak atipik. Vaksin virus campak yang diinaktifkan tampak digunakan lagi.
E.     Pemeriksaan diagnostik
1.      Pemeriksaan fisik
2.      Pemeriksaan darah
F.      Komplikasi
Menurut Arif mansjoer, 2000, komplikasi dari morbili adalah
1.      Otitis media akut
2.      Ensefalitis
3.      Broncopneumonia
G.    Penatalaksanaan
Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari :
1.      Pemberian cairan yang cukup
2.      Kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat kesadaran dan adanya komplikasi
3.      Suplemen nutrisi
4.      Antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder
5.      Anti konvulsi apabila terjadi kejang
6.      Pemberian vitamin A.
Indikasi rawat inap : hiperpireksia (suhu > 39,00 C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit, atau adanya komplikasi.
Campak tanpa komplikasi :
Hindari penularan
Tirah baring di tempat tidur
Vitamin A 100.000 IU, apabila disetai malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari
Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan disesuaikan dengan tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya komplikasi
Campak dengan komplikasi :
1.       Ensefalopati/ensefalitis
Antibiotika bila diperlukan, antivirus dan lainya sesuai dengan PDT ensefalitis
Kortikosteroid, bila diperlukan sesuai dengan PDT ensefalitis
Kebutuhan jumlah cairan disesuaikan dengan kebutuhan serta koreksi terhadap gangguan elektrolit
2.      Bronkopneumonia
Antibiotika sesuai dengan PDT pneumonia
Oksigen nasal atau dengan masker
Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa, gas darah dn elektrolit
3.      Enteritis : koreksi dehidrasi sesuai derajat dehidrasi (lihat Bab enteritis dehidrasi).
4.      Pada kasus campak dengan komplikasi bronkhopneumonia dan gizi kurang perlu dipantau terhadap adanya infeksi TB laten. Pantau gejala klinis serta lakukan uji Tuberkulin setelah 1-3 bulan penyembuhan.
5.      Pantau keadaan gizi untuk gizi kurang/buruk.
H.    Pencegahan
1.       Imunisasi aktif
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston B. Pelemahan berikutnya dari Strain Edmonston B. Tersbut membawa perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama. Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin tidak dapat dilakukan sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Pada suatu komunitas dimana campak terdapat secara endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.
2.       Imunisasi pasif
Imunusasi pasif dengan serum orang dewasa yang dikumpulkan, serum stadium penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin plasma) yang dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan atau melemahkan campak. Campak dapat dicegah dengan serum imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan selama 5 hari setelah pemaparan atau sesegera mungkin.
I.       Prognosis
Pada umumnya prognosis baik, tetapi lebih buruk pada anak dengan keadaan gizi buruk, anak yang menderita penyakit kronis atau bila disertai komplikasi.





II. KONSEP KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
1.       Biodata
 Anak yang sakit.
Orang tua.
2.      Riwayat kesehatan
 Keluhan utama.
RPS (demam tinggi, anoreksia, malaise, dll).
Riwayat kesehatan lalu.
Riwayat kesehatan keluarga.
Riwayat kehamilan (anak yang sakit).
Riwayat imunisasi (bayi dan anak).
Riwayat nutrisi.
 Riwayat tumbuh kembang.
3.      Pola aktivitas sehari-hari
Nutrisi / minum : 1) Dirumah                 2) Dirumah sakit
Tidur / istirahat : 1) Dirumah                 2) Dirumah sakit
Kebersihan        : 1) Dirumah                 2) Dirumah sakit
 Eliminasi           : 1) Dirumah                 2) Dirumah sakit
4.      Keadaan umum : kesadaran, TTV
5.      Pemeriksaan fisik
1)      Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia
2)      Kepala : sakit kepala
3)       Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung ( pada stad eripsi ).
4)       Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
5)      Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher, muka, lengan dan kaki ( pada stad. Konvalensi ), evitema, panas ( demam ).
6)      Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum
7)      Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
8)      Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
9)       Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan












B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi virus.
2.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.
3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
4.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan timbulnya rash
5.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk dan pruritus
6.      Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan IWL
7.      Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan diare, irtasi mukosa usus
8.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
9.      Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan
10.  Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang informasi










C.     Patofisiologi penyimpangan KDM






















D.    Intervensi Keperawatan
1.      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi virus.
Tujuan       : Suhu tubuh dalam batas normal
KH                        :
·         Pasien menunjukkan adanya penurunan suhu tubuh mencapai normal.
·         Pasien menunjukkan tidak adanya komplikasi.
Intervensi keperawatan:
a.       Kaji peningkatan suhu tubuh
Rasional : Sebagai dasar dalam menentukan tindakan selanjutnya
b.      Berikan kompres dingin / hangat.
Rasional : Untuk membantu dalam penurunan suhu tubuh pada pasien.
c.       Anjurkan keluarga untuk memberikan banyak minum
Rasional : Mengganti cairan tubuh yang hilang
d.      Kolaborasi medis untuk pemberian terapi antipiretikum.
Rasional : antipiretikum bekerja untuk menurunkan adanya kenaikan suhu tubuh.
2.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.
Tujuan                     :Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret
Kriteria Hasil          : Jalan nafas yang bersih dan patent, meningkatnya pengeluaran sekret, suara napas bersih

Intervensi:
a.       Kaji bersihan jalan napas klien
Rasional : Sebagai indicator dalam menentukan tindakan selanjutnya
b.      Auskultasi bunyi napas
Rasional : Ronchi menandakan adanya sekret pada jaan nafas
c.       Berikan posisi yang nyaman
Rasional : Mencegah terjadinya aspirasi sekret (semiprone dan side lying position).
d.      Lakukan suction sesuai indikasi
Rasional: membantu mengeluarkan sekret
e.       Anjurkan keluarga untuk memberikan air minum yang hangat
Rasional: membantu mengencerkan dahak sehingga mudah untuk dikelurkan
f.       Kolaborasi
§  Pemberian ekspectorant
Rasional : Untuk mengencerkan dahak
§  Pemberian antibiotik
Rasional: Mengobati infeksi sehingga terjadi penurunan produksi sekret
3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan       : Kebutuhan nutrisi adekuat
KH                        :
·         Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan peningkatan yang tepat.
·         Menunjukkan perilaku / perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi Keperawatan:
a.       Kaji kebutuhan nutrisi klien
Rasional: Sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya.
b.      Berikan banyak minum (sari buah-buahan, sirup yang tidak memakai es).
Rasional : Untuk mengkompensasi adanya peningkatan suhu tubuh dan merangsang nafsu makan
c.       Berikan susu porsi sedikit tetapi sering (susu dibuat encer dan tidak terlalu manis, dan berikan susu tersebut dalam keadaan yang hangat ketika diminum).
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi melalui cairan bernutrisi.
d.      Berikan makanan lunak, misalnya bubur yang memakai kuah, sup atau bubur santan memakai gula dengan porsi sedikir tetapi dengan kuantitas yang sering.
Rasional : Untuk memudahkan mencerna makanan dan meningkatkan asupan makanan.
e.       Berikan nasi, makanan TKTP, jika suhu tubuh sudah turun dan nafsu makan mulai membaik.
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh setelah sakit.
f.       Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral jika kebutuhan nutrisi melalui oral tidak mencukupi kebutuhan gizi anak
Rasional: Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien
4.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan timbulnya rash
Tujuan            : Integritas kulit adekuat
KH                 : Integritas kulit adekuat ditandai dengan kulit utuh, tidak ada lesi pada kulit
a.       Kaji gangguan integritas kulit klien
Rasional: Sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya
b.      Bedaki tubuh anak dengan bedak salisil 1% atau lainnya atas resep dokter.
Rasional : Bedak salisil 1% dapat mengurangi rasa gatal pada tubuh anak.
c.       Selama demam masih tinggi tidak boleh dimandikan dan sering-sering dibedaki.
Rasional : Tubuh yang dibedaki akan membuat rasa nyaman pasa pasien
d.      Anjurkan keluarga untuk mencegah anak menggaruk rash
Rasional : Menggaruk akan memperparah rasa gatal dan membuat luka pada kulit klien
e.       Jika suhu tubuh turun, untuk mengurangi gatal dapat dimandikan dengan PK atau air hangat atau dapat juga dengan bethadine.
Rasional : Air hangat / PK dapat mengurangi gatal dan menambah rasa nyaman
f.       Kolaborasi pemberian anti pruritus dan anti histamin
Rasional: Untuk mengurangi rasa gatal
5.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk dan pruritus
Tujuan                     : Pola tidur kembali optimal
Kriteria Hasil               :Pola tidur membaik ditandai dengan orang tua melaporkan anaknya sudah dapat tidur, klien nampak segar
Intervensi                   :
a.       Kaji gangguan pola tidur yang dialami klien
Rasional: sebagai indicator dalam melakukan tindakan selanjutnya
b.      Hindarkan klien tidur di bawah lampu yang terang
Rasional: dapat membuat silau dan mengganggua kenyamanan saat tidur
c.       Berikan bedak salisil disekujur tubuh klien
Rasional: mengurangi rasa gatal sehingga tidak menganggu tidur klien
d.      Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional : Mengurangi rangsangan suara yang dapat menyebabkan klien tidak nyaman untuk tidur
e.       Berikan bantal dan seprei yang bersih
Rasional: meningkatkan kenyamanan
f.       Kolaborasi
§  Pemberian obat sedatif
Rasional :membantu klien untuk istirahat

§  Pemberian obat ekspektorant
Rasional : Mengencerkan sekret sehingga lebih mudah dikeluarkan
o   Pemberian antibiotic
Rasional: Mengobati infeksi
6.      Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan IWL
Tujuan         : Tidak terjadi kekurangan volume cairan tubuh
Kriteria Hasil:
Turgor baik , Produksi urine …cc/jam <0,5 – 1 cc/kg BB/jam Kulit lembab TTV dalam batas normal, Mukosa mulut lembab, Cairan masuk dan keluar seimbang, Tidak pusing pada perubahan posisi Tidak haus
Intervensi    :
a.       Observasi penyebab kekurangan cairan : muntah, diare, kesulitan menelan, kekurangan darah aktif, diuretic, depresi, kelelahan
Rasional : Sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya
b.      Observasi keadaan turgon kulit, kelembaban, membran mukosa
Rasional: Turgor yang buruk, kulit kering,  dan membrane mukosa kering merupakan tanda-tanda dehidrasi
c.       Timbang BB setiap hari
Rasional: Penurunan berat badan merupakan indicator kekurangan cairan
d.      Pertahankan bedrest selama fase akut
Rasional : Mengurangi kebutuhan energy yang menyebabkan peningkatan kehilangan cairan
e.       Ajarkan tentang masukan cairan yang adekuat, tanda serta cara mengatasi kurang cairan
Rasional: Peningkatan pengetahuan mengembangkan kooperatif klien dalam pelaksanaan tindakan
f.       Kolaborasi :
Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi
Rasional: Memenuhi kebutuhan cairan klien
Pemberian obat antipiuretik
Rasional: Menurunkan demam
7.      Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan diare, irtasi mukosa usus
           -     Peningkatan bunyi usus/peristaltik.
           -     Defakasi sering dan berair (fase akut)
           -     Perubahan warna feses.
           -     Nyeri abdomen tiba-tiba, kram.
           Tujuan       : Pola eliminasi BAB kembali normal
           KH            :
·         Keluarga akan melaporkan penurunan frekuensi defakasi, konsistensi kembali normal.
·         Keluarga akan mampu mengidentifikasi/menghindari faktor pemberat.



           Intervensi :
a.          Observasi dan catat ferkuensi defakasi, karekteristik, jumlah dan faktor pencetus.
Rasional : Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode
                  b.   Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat disamping tempat tidur.
        Rasional :Istirahat menurunkan motalitas usus juga menurunkan laju metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi. Defakasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda dan dapat tidak terkontrol, peningkatan resiko inkontinensia/jatuh bila alat-alat tidak dalam jangkauan tangan.
                  c.   Buang feses dengan cepat dan berikan pengharum ruangan.
                        Rasional:Menurunkan bau tak sedap untuk menghindari rasa malu klien
                  d.   Identifikasi makanan/cairan yang mencetuskan diare.
                        Rasional:Menghindari iritan dan meningkatkan istirahat usus.
                  e.   Observasi demam, takhikardi, lethargi, leukositosis/leukopeni, penurunan protein serum, ansietas dan kelesuan.
                  Rasional:Tanda toksik megakolon atau perforasi dan peritonitis akan terjadi/telah terjadi memerlukan intervensi medik segera.



                  f.    Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
­          Antikolinergik.
Rasional : Menurunkan motalitas/peristaltik GI dan menurunkan sekresi digestif untuk menghilangkan kram dan diare.
­          Steroid
Rasional : Diberikan untuk menurunkan proses inflamasi.
­          Antasida
Rasional :Menurunkan iritasi gaster, mencegah inflamasi dan menurunkan resiko infeksi pada kolitis.
­          Antibiotik
Rasional :Mengobati infeksi supuratif lokal.
8.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan         :Klien dapat mentoleransi aktivitas
KH              : Klien dapat mentoleransi aktivitas ditandai dengan:
·         Klien dapat melakukan aktivitas yang biasa dilakukan
·         Klien tampak bersemangat
Intervensi    :
a.       Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
Rasional: sebagai dasar dalam melakukan intervensi selanjutnya
b.      Pertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional: demam meningkatkan kebutuhan dan konsumsi oksigen dan menurunkan toleransi aktivitas

c.       Berikan lingkungan yang tenang dalam periode istirahat tanpa gangguan
Rasional: Menghemat energi untuk beraktivitas
d.      Ubah posisi dengan sering dan berikan perawatan kulit yang baik
Rasional: Meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan
e.       Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi
Rasional: Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan.
f.       Jelaskan kepada orang tua tentang pola peningkatan aktivitas secara bertahap
Rasional: Peningkatan pengetahuan mengembangkan kooperatif orang tua dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
g.      Kolaborasi pemberian O2 sesuai indikasi
Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan energi klien
9.      Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan
Tujuan                      :Keluarga mengalami pengurangan ansietas dan peningkatan melakukan koping
Kriteria Hasil          :Orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat, mendiskusikan kondisi dan perawatan anak dengan tenang, terlibat secara positif dalam perawatan anak



Intervensi:
a.       Kenali kekhawatiran dan kebutuhan orang tua untuk informasi dukungan
Rasional: Sebagai dasar dalam menentukan tindakan selanjutnya
b.      Gali perasaan keluarga dan masalah sekitar hospitalisasi
Rasional: Mengetahui masalah dan perasaan yang dirasakan oleh keluarga. Dapat mengurangi kecemasan
c.       Berikan dukungan sesuai kebutuhan
Rasional: dukungan yang adekuat menghasilkan mekanisme coping yang efektif
d.      Anjurkan kepada keluarga agar terlibat secara langsung dan aktif dalam perawatan anaknya.
Rasional: Dapat mengurangi rasa cemas karena dapat memantau langsung perkembangan anaknya
e.       Jelaskan terapi yang diberikan dan respon anak terhadap terapi yang diberikan.
Rasional: Peningkatan pengetahuan mengembangkan kooperatif dan mengurangi kecemasan
10.  Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan                      : Pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit anaknya meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil          :Pengetahuan orang tua klien meningkat ditandai dengan orang tua mengerti tentang penyakit anaknya, nampak tidak sering bertanya, terlibat aktif dalam proses perawatan
Intervensi :
a.       Kaji tingkat pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit anaknya
Rasional:sebagai dasar dalam menetukan tindakan selanjutnya
b.      Jelaskan pada keluarga klien tentang Pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, pencegahan dan komplikasi dengan memberikan penkes.
Rasional: Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga
c.       Bantu orang tua klien untuk mengembangkan rencana asuhan keperawatan dirumah sakit seperti : diet, istirahat dan aktivitas yang sesuai
Rasional: Melibatkan keluarga dalam perencanaan dapat meningkatkan pemahaman keluarga
d.      Beri kesempatan pada orang tua klien untuk bertanya tentang hal yang belum dimengertinya
Rasional: Menghindari melewatkan hal yang tidak  dijelaskan dan belum dimengerti oleh keluarga



E.     Evaluasi
1.      Suhu tubuh dalam batas normal ditandai dengan
o   Pasien menunjukkan adanya penurunan suhu tubuh mencapai normal.
o   Pasien menunjukkan tidak adanya komplikasi.
2.      Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret ditandai dengan
o   Jalan nafas yang bersih dan patent,
o   Meningkatnya pengeluaran sekret,
o    Suara napas bersih
3.      Kebutuhan nutrisi adekuat ditandai dengan
o   Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan peningkatan yang tepat.
o   Menunjukkan perilaku / perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang tepat.
4.      Integritas kulit adekuat ditandai dengan kulit utuh, tidak ada lesi pada kulit
5.      Pola tidur membaik ditandai dengan orang tua melaporkan anaknya sudah dapat tidur, klien nampak segar        :
6.      Tidak terjadi kekurangan volume cairan tubuh ditandai dengan turgor baik , Produksi urine …cc/jam <0,5 – 1 cc/kg BB/jam, kulit lembab, TTV dalam batas normal, mukosa mulut lembab, cairan masuk dan keluar seimbang, tidak pusing pada perubahan posisi, tidak haus
7.      Pola eliminasi BAB kembali normal ditandai dengan
o   Keluarga akan melaporkan penurunan frekuensi defakasi, konsistensi kembali normal.
o   Keluarga akan mampu mengidentifikasi/menghindari faktor pemberat.
8.      Klien dapat mentoleransi aktivitas ditandai dengan:
o   Klien dapat melakukan aktivitas yang biasa dilakukan
o   Klien tampak bersemangat
9.      Keluarga mengalami pengurangan ansietas dan peningkatan melakukan koping ditandai dengan
o   Orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat,
o   Mendiskusikan kondisi dan perawatan anak dengan tenang,
o   Terlibat secara positif dalam perawatan anak
10.  Pengetahuan orang tua klien meningkat ditandai dengan orang tua mengerti tentang penyakit anaknya, nampak tidak sering bertanya, terlibat aktif dalam proses perawatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar