Jumat, 30 Desember 2011

LAPORAN PENDAHULUAN ENDOFTALMITIS

ENDOFTALMITIS

I.   KONSEP DASAR
A.    Pengertian endoftalmitis
Endoftalmitis adalah peradangan pada seluruh lapisan mata bagian dalam, cairan dalam bola mata (humor vitreus) dan bagian putih mata (sklera).
Endoftalmitis adalah peradangan bernanah (supuratif) dalam bola mata.
Merupakan radang purulen pada seluruh jaringan intra okuler disertai dengan terbentuknya abses didalam badan kaca. Penyebab Sepsis, selulitis orbita, trauma tembus, ulkus.
Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di dalamnya. Peradangan supuratif di dalam bola mata akan memberikan abses di dalam badan kaca.
B.     Klasifikasi
Endoftalmitis dapat diklasifikasikan menurut
1.      Cara masuknya
a.       Endoftalmitis endogen diakibatkan penyebaran bakteri dari tempat lain di tubuh kita melalui aliran darah. Utamanya jamur. Factor predisposisi yang lazim yaitu status imunokompromais, septikimia atau IV drug abuse.
b.      Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen sangat jarang, hanya 2-15% dari seluruh endoftalmitis. Utamanya bakteri.
2.      Jenis agensia penyebab
a.       Bakteri
b.      Jamur
c.       Virus
d.      Parasit
C.     Insiden
Seluruh dunia, insiden EPB yang dilaporkan 0,04-4 %. Di india EPB bervariasi : 0,07 -0,3%
D.    Etiologi
Penyebab terjadinya endoftalmitis antara lain:
1.      Tindakan pembedahan.
2.      Luka yang menembus mata.
3.      Bakteri. Penyebab paling banyak adalah Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, dan spesies Streptococcus
4.      Jamur. Penyebab paling banyak adalah Aspergilus, fitomikosis dan aktinomises
E.     Tanda dan Gejala
Peradangan yang disebabkan bakteri akan memberikan gambaran klinik rasa sakit yang sangat, kelopak merah dan bengkak, kelopak sukar dibuka, konjungtiva kemotik dan merah, kornea keruh, bilik mata depan keruh. Selain itu akan terjadi penurunan tajam penglihatan dan fotofobia (takut cahaya). Endoftalmitis akibat pembedahan biasa terjadi setelah 24 jam dan penglihatan akan semakin memburuk dengan berlalunya waktu. Bila sudah memburuk, akan terbentuk hipopion, yaitu kantung berisi cairan putih, di depan iris.
Gejalanya seringkali berat, yaitu berupa:
1.      nyeri mata
2.      kemerahan pada sclera
3.      fotofobia (peka terhadap cahaya)
4.      gangguan penglihatan.
Tanda seringkali muncul:
1.      Kelopak merah,
2.      Bengkak, dan sukar dibuka,
3.      Kornea keruh,
4.      Bilik mata keruh.
Tambahan gejala bervariasi, tergantung pada apa yang menyebabkan infeksi mata:
1.      Endophthalmitis pascaoperasi - The umum menyebabkan sebagian besar endophthalmitis adalah infeksi bakteri setelah operasi katarak. Ini masalah serius dapat menyebabkan kehilangan penglihatan permanen. Gejala sedikit bervariasi, tergantung pada apakah infeksi tersebut terjadi awal (enam minggu atau kurang) atau akhir (bulan atau tahun) setelah operasi.
o    Gejala awal dapat termasuk penurunan dramatis dalam visus di mata terkena, sakit mata yang menjadi lebih buruk setelah operasi, mata merah dan kelopak mata bengkak.
o    Akhir gejala cenderung lebih ringan dari gejala awal dan mungkin termasuk penglihatan kabur, peningkatan kepekaan terhadap cahaya terang (fotofobia) dan sakit mata ringan.
2.      Posttraumatic Endophthalmitis - Gejala endophthalmitis disebabkan oleh cedera mata tajam umumnya dramatis - penurunan dramatis dalam visi di mata terkena, sakit mata yang menjadi lebih buruk, mata merah dan kelopak mata bengkak.
3.      Hematogenous Endophthalmitis - Bila infeksi menyebar melalui aliran darah dan mengendap di mata, gejala-gejala dapat mengembangkan secara bertahap dan cukup halus.  Misalnya, orang tersebut mungkin mengalami penurunan ringan pada visus selama beberapa minggu, bersama dengan munculnya floaters, yang gelap, semi-transparan, bentuk mengambang di bidang visus.
F.      Patofisologi
Endoftalmitis atau abses korpus vitreus adalah peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif dalam bola mata, dan akan mengakibatkan abses di badan kaca. Endoftalmitis eksogen terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen akibat penyebaran bakteri, jamur atau parasit dari fokus infeksi dalam tubuh.
Peradangan oleh bakteri memberikan gambaran berupa rasa sakit yang sangat, kelopak mata merah dan bengkak, bilik mata depan keruh, kadang disertai hipopion. Di dalam badan kaca dapat ditemukan massa putih abu-abu hippion ringan dan bentuk abses satelit di dalam badan kaca.
G.    Pemeriksaan diagnostic
1.      Dilakukan pemeriksaan mikrobiologi untuk mengetahui penyebabnya.
Gejala klinis dapat dikonfirmasi dengan biakan mikroba. Sampel yang paling penting untuk biakan aspirat dari aquous dan kavum vitreus. Kemungkinan mikroba yang diisolasi dari vitreus 56-70% sedangkan dari aquous 36-40%.
2.      Oftalmoskopi untuk melihat bagian dalam mata
3.      Sken B ultrasonografi
USG merupakan tindakan melihat dan memotret alat atau jaringan dalam mata dengan menggunakan gelombang tak terdengar. Alat ini sangat penting untuk melihat susunan jaringan intraokuler.
H.    Penatalaksanaan
Pengobatan tergantung pada apa yang menyebabkan endophthalmitis dan negara penglihatan di mata yang terkena. Untuk Endophthalmitis disebabkan oleh infeksi bakteri, opsi mencakup satu atau lebih hal berikut:
  • Intravitreal antibiotics – Antibiotics are injected directly into the infected eye. antibiotik intravitreal - Antibiotik yang disuntikkan langsung ke dalam mata terinfeksi. Biasanya, beberapa vitreous dikeluarkan untuk tujuan diagnostik dan untuk membuat ruang bagi antibiotik.
  • Kortikosteroid - Dokter Anda mungkin menyuntikkan kortikosteroid ke dalam mata Anda untuk mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan.
  • Antibiotik intravena - Antibiotik, diberikan melalui vena, mungkin diresepkan untuk pasien dengan endophthalmitis parah.
  • Antibiotik topikal - Antibiotik diterapkan pada permukaan mata bila ada infeksi luka di samping endophthalmitis.
  • Vitrectomy - Bagian dari terinfeksi cairan's vitreous mata dilepas dan diganti dengan larutan garam (saline steril) atau cairan lain yang kompatibel. Ini biasanya dilakukan jika kehilangan penglihatan begitu parah sehingga orang itu hampir buta.
Untuk mengobati Endophthalmitis disebabkan oleh infeksi jamur, dokter biasanya menyuntikkan obat antijamur (seperti amfoterisin B) langsung ke mata terinfeksi. Obat dapat diberikan intravena atau orang dapat menerima obat antijamur oral, seperti flukonazol.
Jika infeksi sudah semakin berat, dokter spesialis mata dapat melakukan tindakan bedah yang disebut Vitrectomy untuk mengangkat cairan dan nanah dari dalam mata.
I.       Pencegahan
Jika pernah mengalami operasi katarak, pencegahan resiko terjadinya infeksi dengan cara mengikuti instruksi dokter tentang perawatan mata setelah operasi dan juga kontrol yang teratur ke dokter mata untuk mengetahui perkembangan perbaikan mata setelah operasi. Untuk mencegah endoftalmitis yang disebabkan karena trauma mata, gunakan pelindung mata di tempat kerja dan saat berolahraga berat. Kacamata pelindung atau helm dapat melindungi dari terjadinya trauma pada mata di tempat kerja.



J.        Komplikasi
Kebutaan
Panoftalmitis
Ulkus kornea
Orbital selulitis
K.    Prognosis
Prognosis endophthalmitis bervariasi tergantung pada tingkat keparahan infeksi, organisme yang terlibat dan jumlah kerusakan mata menopang dari peradangan dan jaringan parut. Mild cases of endophthalmitis can have excellent visual outcomes. kasus ringan endophthalmitis dapat memiliki hasil visual yang sangat baik. Severe cases may result not only in loss of sight, but eventually in loss of the entire eye. Kasus yang parah dapat mengakibatkan tidak hanya kehilangan penglihatan, tapi akhirnya hilangnya mata seluruh
II.            KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
1.      Pengkajian ketajaman mata
2.      Pengkajian rasa nyeri
3.      Kesimetrisan kelopak mata
4.      Reaksi mata terhadap cahaya/gerakan mata
5.      Warna mata
6.      Kemampuan membuka dan menutup mata
7.      Pengkajian lapang pandang
8.      Menginspeksi struktur luar mata dan inspeksi kelenjar untuk mengetahui adanya pembengkakan/ inflamasi
Pengkajian
1.      Aktivitas / Istirahat
Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan, lekas capek jika kerja dekat.
2.      Neurosensorik
Gangguan penglihatan (kabur), tak tahan cahaya (photophobia)
Tampak warna biru pada mata
3.      Integritas ego
Ketidakberdayaan/putus asa
4.      Nyeri/kenyamanan
Ketidaknyamanan ringan/mata berair
Nyeri
Data Fokus
1.      Nyeri (ringan sampai berat)
2.      Fotofobia (sensitif terhadap cahaya) atau blepharospasme (kejang kelopak mata)
3.      Ketajaman pengelihatan
B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri pada mata berhubngan dengan proses peradangan dan inflamasi
2.      Gangguan penglihatan berhubungan proses peradangan
3.      Gangguan citra tubuh berhubung dengan hilangnya penglihatan
4.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
5.      Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit
6.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
C.     Patofisiologi penyimpangan KDM
Bakteri , Jamur, Virus, Parasit
 

Endogen                                                                   Eksogen
Hematogen                         Trauma tembus                   Infeksi sekunder pembedahan
 

Korpus Vitreus
Infeksi
Peradangan
Pembentukan Supuratif       Mediator kimia bradikinin
Bilik mata depan          Merangsang nociceptor di hipotalamus
& kornea keruh                                Medulla spinalis                  Krisis situasi
   hipopion                                     Cortex cerebri                    Kurang informasi
G. Penglihatan                                         Nyeri                        Kurang pengetahuan
 

Pembentukan                                      Mengkativasi RAS          Persepsi salah ttg pxkt
kotoran mata yg banyak                   REM menurun       Mekanisme koping inefektif
Sklera berwarna merah                        Klien terjaga                            Ansietas
   Mata sulit terbuka                    Gangguan pola tidur
Klien merasa malu
Gangguan citra tubuh



D.     Fokus Intervensi
1.      Nyeri pada mata berhubungan dengan proses peradangan dan inflamasi
Dapat dihubungkan dengan :
Adanya iritasi pada ujung saraf
Adanya proses inflamasi
Kemungkinan dibuktikan dengan :
Melaporkan fotofobia, nyeri
Perubahan tanda-tanda vital
Gangguan pola tidur
Hasil yang diharapkan :
Melaporkan nyeri hilang/terkontrol
Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat
Intervensi
a)      Kaji tingkat nyeri yang dirasakan klien
Rasionalisasi: sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya
b)      Observasi TTV
Rasionalisasi : Perubahan TTV merupakan indikasi nyeri yang hebat
c)      Beri kompres basah hangat
Rasionalisasi : Mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan, dan membersihkan mata
d)     Beri irigasi
Rasionalisasi : untuk mengeluarkan sekret, benda asing/kotoran dan zat-zat kimia dari mata

e)      Beri obat untuk megontrol nyeri sesuai resep
Rasionalisasi : pemakaian obat sesuai resep akan mengurangi nyeri
2.      Gangguan penglihatan berhubungan proses peradangan
Dapat dihubungkan dengan :
Terjadinya peradangan pada kamera interior mata
Fotofobia, gangguan penerimaan sensori
Kemungkinan dibuktikan dengan :
Menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan
Perubahan respons biasanya terhadap rangsang
Hasil yang diharapkan :
Mengalami peningkatan pandangan
Mendemonstasikan kemampuan maksimal untuk menggunakan pandangan yang ada.
Intervensi:
a)      Tentukan ketajaman, catat apakah satu atau kedua mata terlibat
Rasionalisasi : kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progesif, bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda tetapi,
biasanya hanya satu mata diperbaiki per prosedur.
b)      Dapatkan deskripsi fungsional tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilihat oleh klien
Rasionalisasi: Memberikan data dasar tentang pandangan akurat klien dan bagaimana hal tersebut memengaruhi perawatan

c)      Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya
Rasionalisasi:Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan menurunkan cemas.
d)     Adaptasikan lingkungan dengan kebutuhan visual klien. Bantu klien dalam menggunakan pandangan fungsionalnya
Rasionalisasi:Meningkatkan perawatan diri klien yang akan menurunkan ketergantungan klien pada perawat.
3.      Gangguan citra tubuh berhubung dengan hilangnya penglihatan
Tujuan       : tidak terjadi gangguan citra tubuh
KH               : Menyatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilan tentang penilaian diri
Intervensi  :
a)      Berikan pemahaman tentang kehilangan untuk individu dan orang dekat, sehubungan dengan terlihatnya kehilangan, kehilangan fungsi, dan emosi yang terpendam
Rasionalisasi : Dengan kehilangan bagian atau fungsi tubuh bisa menyebabkan individu melakukan penolakan, syok, marah, dan tertekan
b)      Dorong individu tersebut dalam merespon terhadap kekurangannya itu tidak dengan penolakan, syok, marah,dan tertekan
Rasionalisasi : Supaya pasien dapat menerima kekurangannya dengan lebih ikhlas

c)      Sadari pengaruh reaksi-reaksi dari orang lain atas kekurangannya itu dan dorong membagi perasaan dengan orang lain.
Rasionalisasi : Bila reaksi keluarga bagus dapat meningkatkan rasa percaya diri individu dan dapat membagi perasaan kepada orang lain.
d)     Ajarkan individu memantau kemajuannya sendiri
Rasionalisasi : Mengetahui seberapa jauh kemampuan individu dengan kekurangan yang dimiliki
4.      Gangguan pola tidur
Dapat dihubungkan dengan :
Adanya nyeri
Perubahan pada sensori
Perawatan yang sering
Kemungkinan dibuktikan dengan :
Perubahan dalam tingkah laku dan penampilan
Terus menerus terjaga/tidak bisa tidur.
Hasil yang diharapkan :
Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat
Tampak atau melaporkan dapat beristirahat cukup
Intervensi :
a)      Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat
Rasionalisasi: Dengan mengetahui tingkat kelelahan klien dapat memberikan intervensi yang tepat sesuai kebutuhan
b)      Kaji faktor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat. Organisasikan perawatan untuk meminimalkan gangguan dan memberi istirahat serta periode tidur yang ekstra
Rasionalisasi: Dapat membantu meningkatkan istirahar, tidur dan relaksasi sehingga terpenuhinya kebutuhan tidur
c)       Keadaan tempat tidur, bantal yang nyaman dan bersih
Rasionalisai: Meningkatkan kenyamanan saat tidur
d)     Lakukan persiapan untuk tidur malam
Rasionalisasi: Mengatur pola tidur
e)      Kolaborasi pemberian obat
·         Analgetik
Rasionalisasi: Menghilangkan nyeri, meningkatkan kenyamanan dan meningkatkan istirahat
·         Berikan sedatif hipnotik sesuai indikasi
Rasionalisasi : Membantu pasien untuk istirahat dan tidur.
5.      Ansietas 
Dapat dihubungkan dengan:
*   Faktor fisiologis, perubahan status kesehatan: kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan
*   Bicara negatif tentang diri sendiri
*   Bulu mata yang cepat jatuh
Kemungkinan dibuktikan oleh :
*   Ketakutan
*   Menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup
Hasil yang diharapkan :
*   Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi
*   Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah
Intervensi :
a)      Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.
R/ :Memandukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam perawatan diri, keterampilan koping pada masa lalu dapat mengurangi ansietas.
b)      Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik
R/: Membuat hubungan terapeutik. Membantu orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stres
c)      Beri informasi yang akurat dan nyata tentang apa tindakan yang dilakukan
R/ :Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa control dan membantu menurunkan ansietas
d)     Berikan lingkungan tenang dan istirahat
R/: Memindahkan pasien dari stress luar, meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan ansietas
e)      Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan perhatian, perilaku perhatian
R/: indakan dukungan dapat membantu pasien merasa stres berkurang, memungkinkan energi untuk ditujukan pada penyembuhan
f)       Beri dorongan spiritual
R/: Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME
g)      Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan
R/  : Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas
h)      Kolaborasi pemberian obat sedatif
R/: Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkan istirahat
6.      Kurang pengetahuan
Dapat dihubungkan dengan :
*   Kurang/tidak mengenal sumber informasi, salah interpretasi informasi
*   Kurang terpajan/mengingat
*   Kerterbatasan kognitif
Kemungkinan dibuktikan dengan :
*   Tak akurat mengikuti instruksi
*   Terjadi komplikasi yang dapat dicegah
Hasil yang diharapkan :
*    Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan
*   Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan
Intervensi :
a)      Tekankan dan beritahu klien tentang pentingnya perbaikan keadaan umum, meliputi kebersihan perorangan terutama mata dan peningkatan gizi.
Rasionalisasi: Peradangan pada mata dapat timbul karena penurunan status kesehatan dan malnutrisi
b)      Anjurkan klien untuk tidak mengerjakan pekerjaan dekat terlalu lama
Rasionalisasi: Akomodasi mata yang berlebihan akan menimbulkan kelelahan pada mata
c)      Anjurkan klien untuk tidak merokok
Rasionalisasi: Pemajanan asap pada mata akan memperhebat iritasi pada mata
d)     Beritahu klien bahwa pengobatan harus dilakukan secara teratur dan tuntas
Rasionalisasi:   Pengobatan yang tidak memadai akan membuat peradangan pada mata semakin parah dan menimbulkan berbagai komplikasi
E.     Evaluasi
1.      Nyeri menghilang ditandai dengan klien
Melaporkan nyeri hilang/terkontrol
Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat
2.      Penglihatan klien membaik ditandai dengan
Mengalami peningkatan pandangan
Mendemonstasikan kemampuan maksimal untuk menggunakan pandangan yang ada
3.      Tidak terjadi gangguan citra tubuh ditandai dengan
Menyatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilan tentang penilaian diri


4.      Kebutuhan istirahat tidur adekuat ditandai dengan
Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat
Tampak atau melaporkan dapat beristirahat cukup
5.      Ansietas terkontrol atau menghilang ditandai dengan
*   Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi
*   Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah
6.      Pengetahuan klien tentang penyakit meningkat ditandai dengan
*    Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan
*   Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan














DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, Marilyn. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: EGC

Ilyas, Sidarta. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 Cet.1. Jakarta : Media Aesculapius

Smeltzer,Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth ed.8. Jakarta: EGC



http://kebunge.blogspot.com/2010/08/askep-endoftalmitis.html


1 komentar: